Sabtu, 19 Agustus 2017

OPINI : INFLUENCER



Assalamu’alaikum !
Halooo semua, Alhamdulillah diberi kesempatan lagi buat ngetik-ngetik sebuah tulisan yang gak tau ada manfaatnya atau gak wkwk. Oh iya, happy weekend gaisss.
Semoga weekendnya bener-bener bisa dinikmati dengan senang hati, dijauhi dari segala hal yang bikin bad mood. AAMIIN !
Oke, hari ini tema yang dibahas adalah INFLUENCER. Menurut kamus, influence sendiri memiliki arti “pengaruh”. Jadi kalau kita tambahkan er atau r, artinya jadi “orang yang berpengaruh/orang yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi orang lain”.
Akhir-akhir ini banyak banget artis-artis baru bermunculan, tapi mereka bukan artis yang muncul di tivi-tivi itu lho. Tapi mereka-mereka yang tiba-tiba ngartis karena ngehits di sosial media. Kebanyakan mereka adalah artis instagram (selebram) yang punya feed bagus. Atau artis youtube atau youtuber yang punya konten-konten bagus di youtube mereka. Tapi ada juga sih yag ngehits gara-gara sosmed lain kaya askfm. Semenjak meninggalkan dunia per-askfm-an, udah gak tau lagi deh kabarnya itu sosmed satu.
Nahh, balik ke masalah artis sosmed dan influencer tadi.
Mereka, artis sosmed tentu punya banyak fans, followers, pengikut dan lain-lain lah yang nge-add sosmed mereka untuk berbagai macam alasan. Dan yes, aku pribadi mengikuti beberapa youtuber yang menurutku kontennya bagus kaya Kevin Hendrawan, Gita Safitri Devi. Terus apa hubungannya artis sosmed sama influencer?
Sebagai orang yang berstatus sebagai artis, terlebih artis sosmed yang sekarang kita tahu sosmed udah mendunia banget, bahkan emak-emak pun sekarang pakai sosmed, harusnya mereka-mereka itu punya kesadaran lebih dalam ber-sosialmedia. Karena, apapun yang mereka lakukan di sosmed mereka, kemungkinan akan ditiru oleh pengikutnya. Jangan sampai hal-hal negatif yang mereka muat di sosmed ditiru oleh pengikutnya dan malah berdampak buruk. Bukan berarti mereka gak boleh mengupload apapun yang mereka mau, hanya sajaaa  sebaiknya lebih bertanggung jawab dalam ber-sosialmedia. Kesadaran dalam ber-sosialmedia dianggap penting karena andai si user mau posting seenak jidat, maka bisa jadi juga berpengaruh ke kehidupan pribadi mereka sendiri. Contoh, membawa-bawa masalah pribadi ke sosmed padahal bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Nah hal ini kan bisa bikin dia sendiri di cap buruk sama orang.
Sama seperti halnya artis sosmed yang memposting hal-hal yang dianggap kurang wajar sama orang lain, akhirnya netizen seluruh Indonesia akan membicarakan dia dan membuat dia menjadi “terkenal” (dalam makna yang kurang baik, ya).

Gak cuma artis sosmed, kita semua adalah seorang influencer dalam lingkup lingkungan kita. Secara gak kita sadari, apapun yang kita lakukan juga mempengaruhi lingkungan kita, even kita bukan artis tivi atau artis sosmed. Kita adalah influencer bagi adik-adik kita, role model buat keponakan-keponakan kita. Apapun yang kita lakukan kemungkinan besar akan ditiru oleh orang terdekat kita. Gaya berbicara kita, kehidupan sehari-hari kita hingga pola berpikir kita bisa jadi berpengaruh terhadap orang disekeliling kita. Jadi, jangan sampai kita meng-influence lingkungan kita dengan hal-hal yang negatif.
Intinya yang mau disampaikan adalah jadilah influencer yang bisa berbagi kebaikan dan membawa perubahan baik untuk orang lain, siapapun kita terutama artis sosmed yang punya pengikut banyak. Dan satu lagi, jangan pernah menyerah untuk menebar kebaikan setiap harinya karena Allah pasti akan membalasnya.

Sekian sampai disini ngetik-ngetik opininya, semoga bermanfaat buat kita-kita.
Maafin ya kalau ada salah-salah kata atau rada gaje gitu hehe. Udah lama gak ngetik opini panjang gini, kebiasaan ngetik laporan ilmiah sih :( wkwk
Ya udah, sampai bertemu dilain kesempatan yaa. Jangan lupa berbuat baik
Wassalamu’alaikum :)

Kamis, 29 Desember 2016

Mas-mas Penjual Ronde

Assalamu'alaikum ! yang ganteng yang cantik,yang sholeh dan sholehah
Gimana kabarnya? Semoga sehat terus ya..iya kamu juga, sehat terus. 

Jadi setelah lama tidak menuliskan cerita-cerita saya akibat 24 sks yang dijalani semester ini, menuju masa-masa akhir minggu tenang tiba-tiba saya jd ingin menceritakan imajinasi saya terlalu tinggi tentang paman (mas yang jual) ronde. Kenapa saya yakin banget yang jual itu mas(cowok)? ya karena saya gak pernah nemuin penjual ronde itu cewek ya. 

oke, jadi malam ini seperti malam sebelumnya saya sedang menikmati kasur empuk di rumah orang tua saya di Banjarmasin. Saat itu sudah pukul 21.00 lewat tapi saya belum ngantuk dan memutuskan untuk membaca novel terjemahan karya John Connolly. Novelnya saya beli di G******* dengan harga yang miring. Kembali ke topik ya. Sewaktu saya selesai membaca satu bab novel tersebut, tiba-tiba saya mendengar bunyi mangkok dipukul-pukul menggunakan sendok. Kemudian saya tersadar, bahwa yang lewat itu adalah seorang penjual ronde berjenis kelamin laki-laki yang di Banjar disebut paman. Tapi, bukan itu ceritanya.

Jadi begini...

Kamis, 04 Agustus 2016

Anak Kuliahan

Assalamu’alaikum !!!
Kembali lagi bersama sayaaaa masih di blog yang sama dengan keadaan luar biasa :) hehe Sebelumnya saya ingin mengucapkan terimakasih untuk pembaca tulisan-tulisan saya sebelumnya. Sungguh kiranya saya tidak menyangka mendapatkan apresiasi sebesar itu.
Once again, thanks arigatou danke xie xie hatur nuhun terimakasih :)
Bentar lagi kan masuk tahun ajaran baru kan ya? Buat mahasiswa(i) maksudnya, jadi kayaknya tulisan ini akan saya beri judul “Anak Kuliahan” dan akan saya dedikasikan untuk Anak Kuliahan juga..
Buat mereka-mereka yang baru lulus SMA dan melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi, sebutan “Anak Kuliahan” terlihat keren.  Sekarang udah bukan “Anak Sekolahan” lagi yang kalau mau sekolah harus pake seragam, jam belajar udah gak terlalu ketat, uang jajan sekarang sistem transfer, udah bisa jalan-jalan bebas dan lain sebagainya. Pokoknya kalau jadi Anak Kuliahan itu mah pokoknya kaya udah megang tiket “free entry (re:kebebasan). Anak Kuliahan juga terlihat keren karena terlihat lebih dewasa. Ini terlihat loh ya bukan fakta sebenarnya.
Paparan diatas adalah pemikiran awal sebagai Anak Kuliahan. Kemudian sebagai Anak Kuliahan juga kalau datang ke SMA-nya bisa jadi berasa lebih. Lebih apayaa..Ya kaya lebih berasa lebih asik aja daripada adik-adiknya yang masih duduk di bangku SMA.  Tapiiii ini Cuma opinion saya ya bukan bermaksud untuk menuduh, berburuk sangka atau apapun. Karena jujur dari lubuk hati saya yang paling dalam saya pernah merasa seperti itu. Astaghfirullah….mohon maaf dan mohon ampunan untuk semuanya :’)
Balik lagi, dibalik “kebebasan” yang diraih oleh Anak Kuliahan ada beribu hal yang harus dipikirkan kembali.  Memang secara kasat mata Anak Kuliahan terlihat bebas, namun ada orang tua yang terikat dengan urusan kehidupan anaknya yang sedang kuliah. Tanpa kita ketahui ada orang tua yang bekerja membanting tulang lebih keras dari biasanya agar anak tersayang bisa terus sekolah dan menadapat gelar Sarjana. Ada orang tua yang pulang lebih sore bahkan malam demi sesuap nasi untuk anak tersayang yang sedang mengecap Perguruan Tinggi.
Ya mungkin sebagian dari kita tidak memikirkan hal ini, namun sebagian lain memikirkannya. Berat beban yang dipegang oleh orang tua tidaklah mudah, tidak semudah membalik telapak tangan.  Tidak semudah membersihkan noda yang menempel pada baju. Para orang tua harus melalui proses panjang hingga akhirnya mendapat “balasan” agar dapat membiayai anak tersayangnya.
Dibalik beratnya beban yang ada dipundak orang tua, sayang tidak semua anak tersayangnya menyadari beban yang berat tersebut. Anak tersayang malah sibuk menghamburkan uang dengan bepergian dan bertamasya masuk pusat perbelanjaan yang satu dengan lainnya. Anak tersayang malah sibuk mencicipi masakan dengan harga selangit. No offense, tapi ini murni menurut apa yang saya lihat..saya melihat bahwa hedonism bisa dikatakan sebagai gaya hidup zaman sekarang.

Guys, hedonism itu gak keren..serius
Bagian dari hedonism apa yang bisa disebut keren? Kerenkah membuang uang sementara ada bagian dunia lain yang sedang kesulitan makan?
Sekarang ini saya sedang membaca biografi dari Chairul Tanjung, tahu kan dengan beliau? Buku berjudul Chairul Tanjung Si Anak Singkong menceritakan perjalanan hidup beliau merintis kehidupan dari awal hingga sukses sekarang ini. Di buku tersebut dikisahkan beliau pernah menjadi mahasiswa teladan tingkat nasional. Beliau juga pernah menjadi juragan fotokopi di kampusnya, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia dan mendapatkan 15 ribu pertamanya dari fotokopi (15 ribu zaman dulu itu banyak banget lho). Selain itu buku ini juga menceritakan tentang kegiatan sosial beliau selama dikampus dimulai dari keinginan beliau untuk membangun gedung khusus untuk pasien Talasemia hingga didirikannya Yayasan Talasemia pada tahun 1987. (saya baru baca sampai bagian sini sih, hehehe).
Terus, apa hubungannya Anak Kuliahan dengan  Pak CT ini?
Singkat saya, inilah seharusnya Anak Kuliahan sekarang. Tidak hanya sukses dibidang akademik namun juga berandil di kegiatan sosial. Tidak hanya menghasilkan sebuah gagasan, namun juga melakukan aksi nyata. Di usia pak CT yang kurang lebih seumuran dengan kita para mahasiswa sekarang, beliau sudah bisa menghasilkan uang hasil memutar otak dengan cara halal. Kalau beliau saja bisa, mengapa kita tidak? Jika memang saat ini masih belum bisa menghasilkan pundi-pundi uang sendiri, maka janganlah menambahkan beban berat yang sudah dipikul orang tua. Minimal tidak menambah berat bebannya dan tidak mengecewakan beliau dengan memberikan Kartu Hasil Studi yang “jatuh”.
Bukan maksud hati saya untuk memberikan “pukulan” dan menyakiti kawan-kawan dengan tulisan ini. Tapi sekiranya saya ingin menuangkan apa yang sedang berkecamuk di pikiran saya saat ini. Bolehlah kita bangga dengan cap “Anak Kuliahan”, namun jangan lupakan tujuan dan hasil akhir yang kita harapkan ketika masuk ke “dunia perkuliahan”.

Hmmm, mungkin sekian dulu ya wkwk
Mohon dimaafkan bila ada salah-salah kata dari saya. Kritik dan saran kawan-kawan juga diperlukan untuk evaluasi saya kedepannya. Terimakasiiihhhh !! 

Buat Mahasiswa Baru nih adaa tulisan keren (menurut saya yah) disini

Sabtu, 23 Juli 2016

Anak dan Media Sosial



Assalamu’alaikum !!
Hari ini hari Sabtu, 23 Juli 2016, kebetulan banget bertepatan dengan Hari Anak Nasional (HAN). Kayaknya ngebahas tentang anak Indonesia boleh kali ya? Tapi di mix sama kehadiran media sosial diantara anak-anak saat ini.

Lucunyaa dede gemeshh. Sumber : http://rayapos.com/kerjasama-dinsos-ntt-stc-luncurkan-sop-anak/2016/05/23/
Dizaman modern sekarang ini gak bisa dipungkiri untuk menunjang kehidupan diperlukan teknologi yang mempuni dan smartphone adalah salah satunya. Hampir semua orang di dunia ini memiliki smartphone tanpa terkecuali anak-anak. Dan tanpa terkecuali juga anak-anak Indonesia. Kalau kalian lagi kebetulan jalan-jalan ke mall atau tempat makan, maka hampir bisa dipastikan kalian akan melihat anak-anak megang smartphone.
Dulunya smartphone adalah hanya telepon genggam yang digunakan sebagai alat komunikasi. Telepon genggam ini biasanya digunakan untuk menelepon atau berkirim pesan via sms dengan orang tua, kerabat, teman, guru/dosen atau mungkin pasangan. Namun seiring dengan perkembangan zaman telepon genggam ini menjelma menjadi smartphone yang tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi berupa telepon dan sms, namun juga digunakan sebagai alat untuk menghibur diri dikala suntuk atau sebagai pengingat waktu sholat. Ya, smartphone memang multifungsi. Telepon genggam ini bisa diisi dengan berbagai macam aplikasi seperti berita, games, notes, pengingat sholat, microsoft, media sosial dsb. Oleh karena itulah disebut smartphone karena sifatnya yang multifungsi.

Kembali ke topik, pada usia anak-anak memang kebanyakan dari mereka menggunakan smartphone hanya untuk bermain games. Namun beberapa dari mereka yang diusianya masih belia sudah memainkan media sosial. Dulu (saya lupa kapan persisnya), saya pernah melihat seorang pengguna Instagram sebut saja A mengomentari sebuah foto dengan kata-kata yang kurang pantas. Karena saya merasa kaget dan penasaran, maka iseng-iseng saya buka IG si A tersebut. Sepersekian detik saya diam, betapa kagetnya saya bahwa si A tersebut adalah seorang murid SD. Darimana saya tau? Kebetulan IG si A tidak di private dan terdapat postingannya menggunakan seragam sekolah. Dilain kesempatan dan di media sosial lain, saya juga kaget karena kembali seorang anak (kali ini sebut saja si B) menggunakan kata-kata yang kurang pantas untuk dikeluarkan dan diucapkan kepada orang yang lebih tua. Namun kali ini si B bukanlah anak SD, melainkan seorang murid SMP.
 Jujur awalnya memang saya kurang peduli dengan hal-hal seperti ini, namun belakangan beberapa kejadian di media sosial dimana saya adalah salah satu penggunanya menyadarkan saya. Menyadarkan bahwa ada bahaya yang mengancam generasi muda (re:anak-anak). Menyadarkan bahwa generasi penerus bangsa sedang terancam. Serta menyadarkan bahwa Indonesia sedang terancam !

Sumber : https://www.maxmanroe.com/10-tips-media-sosial-untuk-bisnis.html
Pendapat saya pribadi, kehadiran media sosial saat ini sedikit banyak membantu. Penyampaian informasi akan lebih cepat dan bisa mendekatkan mereka yang berjarak ratusan bahkan ribuan kilometer. Namun disisi lain kehadirannya juga mengganggu tumbuh kembang anak-anak. Tidak hanya itu, media sosial juga bisa membuat anak-anak dewasa sebelum usianya. Memang baik jika dewasa dalam hal-hal yang bersifat positif, namun jika itu negatif maka bersiaplah dengan hal-hal yan tidak diinginkan. Dalam hal ini saya tidak menyalahkan kehadiran media sosial, namun para tetuanya (re:pengguna awal yang sudah berumur). Sebagai pengguna alangkah lebih baik kita membagikan sesuatu yang bemanfaat atau membagikan konten-konten yang tidak mengandung unsur negatif (SARA misalnya). Karena tanpa kita sadari postingan yang kita bagikan akan tersebar ke seluruh Indonesia atau bahkan dunia. Tidak hanya itu, mereka-mereka yang melihat postingan kitapun tidak hanya orang dewasa, namun juga mereka yang masih dibawah umur. Maka amat sangat disayangkan apabila konten-konten tidak baik ternyata dilihat oleh anak-anak. Oleh karena itu diperlukan KEBIJAKAN pengguna dalam setiap postingannya.
Selain kebijakan pengguna juga diperlukan PENGAWASAN orang tua ketika membiarkan anak memainkan smartphonenya. Ketika dalam pengawasan, apa yang dilihat dan dimainkan oleh anak-anak akan lebih terkontrol. Kecil kemungkinan bagi mereka untuk melihat konten negatif yang ada di “dunia” media sosial. Bagi anak kecil yang hanya memainkan games pun harus diawasi, karena tanpa kita sadari bisa saja terdapat konten yang dapat merusak otak anak. Sekali lagi, pengawasan ketika anak memainkan smartphone diperlukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Selain dua hal diatas, MEMBERIKAN PEMAHAMAN kepada anak-anak mengenai baik dan buruknya media sosial juga diperlukan. Anak-anak perlu tahu apa saja yang dibolehkan orang tuanya untuk dimainkan serta apa saja yang dilarang karena dengan ini anak-anak akan memiliki kesadaran sejak dini.

Fiuhh ternyata panjang juga ya ehehe
Intinya dari tulisan saya diatas adalah bagikanlah hal-hal yang bermanfaat, minimal tidak mengandung unsur negatif. Selain itu awasi lah anak-anak yang sedang bermain smartphone untuk mencegah hal-hal yang tidak inginkan. Dan yang terakhir berikan pemahaman kepada anak tenang penggunaan media sosial.
Dan di Hari Anak Nasional ini saya berdoa kepada-Nya agar generasi penerus tidak tercemar dan menjadi generasi penerus yang memperbaiki keadaan bangsanya bukan malah merusak bangsanya. Saya juga berdoa untuk anak-anak di seluruh dunia termasuk Indonesia agar menjadi generasi penerus yang menjaga lingkungannya serta melestarikan alamnya..Aamiin

Sumber : http://humaskabsragen.com/2016/07/peringati-han-2016-pemkab-sragen-berikan-bansos-bagi-anak-putus-sekolah/
Selamat Hari Anak Nasional 2016! 

*Disini saya hanya menuliskan apa yang saya lihat dan rasakan. Tulisan saya diatas hanya opini saya dan saya tidak memaksakan orang lain harus setuju dengan itu. Jika memang teman-teman merasa masih ada yang kurang, boleh menambahkannya di kolom komentar. Saya juga terbuka dengan kritik dan saran. Terimakasih perhatiannya dan sampai berjumpa di kolom komentar ! :)

Kamis, 21 Juli 2016

Pesan dari Dosen


Assalamu’alaikum !!! Apa kabar semua? Semoga kita semua berada dalam kondisi sehat wal afiat dan selalu berada di dalam lindungan-Nya..Aamiin.
sumber : http://anakunsri.com/tipe-tipe-dosen-dan-cara-menghadapinya/
Entah kenapa siang tadi saya teringat dengan pesan dosen saya bahwa apapun program studi kalian, bukan berarti kalian akan bekerja di bidang yang sama dengan program studi saat kalian kuliah. Memang pada beberapa orang pekerjaan yang dimilikinya saat ini berhubungan langsung dengan program studi yang diambilnya sewaktu kuliah, namun pada beberapa orang pula program studi sewaktu kuliah tidak berhubungan secara langsung dengan pekerjaannya.

Saat ini saya sedang menempuh pendidikan jenjang S1 di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat dengan program studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Suatu hari dosen saya bertanya pada mahasiswanya, “sudah berapa banyak buku perikanan yang kalian beli?”. Saat itu saya tidak terlalu berminat untuk mendengarkan karena saya pikir prodi saya berkaitan dengan lingkungan, untuk apa memikirkan tentang ikan dan segala macam perintilannya? Namun setelah itu dosen saya menjelaskan, “Saat kalian lulus nanti gelar yang akan kalian sandang adalah S.Pi (Sarjana Perikanan, tidak berlaku pada prodi Ilmu Kelautan karena gelar mereka adalah S.Kel (Sarjana Kelautan)). Orang-orang tidak peduli apakah dulunya kalian dari prodi budidaya, penangkapan, pengolahan, agrobisnis atau manajemen. Dimata mereka kalian semua sama, bergelar Sarjana Perikanan. Jadi mulai sekarang kalian jangan hanya belajar yang berkaitan dengan prodi kalian, tapi pelajari juga prodi lain”. Seketika itu saya terdiam. Terdiam untuk membenarkan perkataan beliau.

Kamis, 23 Juni 2016

Kenapa Harus Minder?



Assalamu’alaikum !
Halooo guys it’s good to be back again
Hari ini saya mau menceritakan tentang kegagalan saya untuk masuk di salah satu perguruan tinggi kedinasan yang dari dulu saya idamkan :” dan rasa minder yang dulu pernah saya rasakan hehehe

Dulu bangeett waktu awal-awal masuk SMA gitu saya pengen banget masuk perguruan tinggi kedinasan, ada 2 PTK yg pengen banget saya ada disana. PTK yang pertama adalah STIS dan yang kedua adalah STAN.  Kenapa sih nargetin 2 PTK itu buat jenjang pendidikan selanjutnya? Hmm..mungkin alasannya karena kakak sepupu saya dulu lulusan dari STAN, sedangkan untuk STIS karena teman kakak saya juga lulusan dari sana. Waktu itu saya mikir asik dan keren aja sekolah disana, gak perlu mikiran biaa sekolah, setelah lulus prospek kerja terjamin terus bisa meringankan beban ortu juga. Sejak saat itu punya target harus bisa lulus disalah satu PTK itu.

Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya tiba saat saya berada di akhir jenjang SMA dan akan mengikuti tes. Dulu tuh gak berminat buat masuk PTN, karena ya emang dari dulu pengennya di PTK bukan di PTN. Tapi waktu udah selesai UN yang baru membuka pendaftaran utk penerimaan mahasiswa baru cuma STIS dan dari PTK satunya belum ada kabar sama sekali. Dan akhirnya saya mendaftar untuk mengikuti tes masuk STIS. Jujur waktu itu saya kurang fokus belajar dan rada-rada males, maka ya jadilah saya kurang persiapan untuk mengikuti tes STIS. Sampai tiba pada hari minggu dimana tes dilaksanakan. Waktu ngeliat soalnya sih udah tawakal aja sama Allah, kenapa? Ya wajarlah tawakal soalnya luar biyasahhh susah pake banget. Kalo B.Inggris, Pengetahuan Umum masih terbilang mudah, tapi kalo udah masuk ke bagian matematikanya yaudah deh pasrah. Dan akhirnya sesuai dengan feeling saya dengan melihat dari banyaknya soal yang saya jawab, saya dinyatakan TIDAK LULUS. Well, it’s okay lah jalan belum berakhir sampai disini.

Next, waktu itu ketika lagi makan siang saya ditanya oleh teman saya “serius gak ikut SBMPTN?” . Yes saya tidak berhasil di SNMPTN yang artinya untuk bisa berkuliah di PTN saya harus melalui jalur SBMPTN. Waktu saya jawab dengan pedenya enggak. Kenapa? Ya karena saya sangat yakin dengan pilihan saya untuk bisa bersekolah di PTK.  Tapi setelah beberapa waktu saya memutuskan untuk mengikuti SBMPTN dan memilih program studi yang berkaitan dengan lingkungan dan salah satunya program studi yang saat ini saya tempuh. Alasannya karena saya mencintai lingkungan, sesederhana itu. Tapi prodi ini merupakan pilihan ketiga dan berada di Fakultas Perikanan dan Kelautan yang bisa dikatakan tidak familiar di lingkungan keluarga saya. Tapi ya saya tidak memikirkan hal tersebut dan lebih berfokus pada persiapan SBMPTN. Waktu terus berjalan dan tiba saatnya saya mengikuti tes. Saya menunggu pengumuman dengan perasaan campur aduk karena apabila ini gagal maka harapan saya hanya menunggu pendaftaran STAN. Setelah menunggu kurang lebih selama 1 bulan, akhirnya waktu pengumuman tiba. Sesuai dengan feeling saya, ternyata benar saya lulus di pilihan ketiga yaitu Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Awalnya ortu kurang mendukung karena takut prospek kerjanya tidak bagus, namun saya mencoba meyakinkan mereka bahwa rezeki itu sudah diatur oleh Allah, saya dibantu oleh kakak dan kakak sepupu untuk meyakinkn ortu saya. Hingga akhirnya Alhamdulillah beliau mendukung saya.
Ketika sedang persiapan untuk kuliah, ada pengumuman tentang pendaftaran STAN. Alhasil saat itu saya galau. Bingung antara meneruskan PTN atau melepasnya dan memilih STAN saja. Tapi setelah itu saya dapat pencerahan bahwa belum tentu saya benar-benar berhasil masuk STAN. Akhirnya saya memutuskan utnuk meneruskan persiapan kuliah saya di UNLAM (saat ini namanya menjadi ULM) sembari menyiapkan diri untuk mengikuti tes masuk STAN. Saat hampir tiba waktunya untuk mengikuti tes, ternyata jadwal tesnya bertabrakan dengan P2B dari Univ ya sejenis ospek lah. Seketika itu saya langsung pusing membagi fokus saya untuk persiapan mengikuti tes dan persiapan ospek. Why? Keesokan harinya setelah tes adalah ospek. Ya wajarlah jadi malah gak fokus. Dan sekali lagi sesuai dengan feeling saya, kali ini bukan rezeki saya dan saya dinyatakan TIDAK LULUS. Sempet sedih, down, kecewa karena gak berhasil ngurangin beban ortu. Tapi ya mau gimana lagi sih, rezekinya bukan disana.

Hup, sampai dibagian saya tidak berhasil masuk PTK. Yap, life must go on. Jalani setiap kehidupan yang kamu jalani dan kamu akan bersyukur karenanya. Kalo dipikir-pikir saya ini beruntung kok. Masih bisa melanjutkan sekolah, masih bisa tersenyum, perut masih kenyang dan banyak hal lain yang harus disyukuri. Akhirnya saya menjalani hidup saya sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan.

Tapi diantara rasa syukur saya, dulu saya pernah minder sewaktu ada yang menanyakan kuliah dimana dan saya jawab di perikanan. Kenapa minder? Orang-orang saat ini gak belum familiar dengan fakultas saya, gak tau fakultas saya itu menjamin masa depan saya jadi saya sempat minder. Tapiiii setelah dipikir-pikir lucu juga ya, kenapa saya harus minder? Toh mereka bukan penentu hidup saya. Saya yang menjalani kehidupan ini dan Allah yang mengatur rezeki untuk saya. Dan ini jalan dari Allah untuk saya agar bisa berguna.
Akhirnya saya menjalani perkuliahan saya dengan semangat dan kebanggan karena saya berada di fakultas antimainstream. Gak semua orang berani mengambil jalan ini. Dan gak semua orang yakin akan dirinya sendiri.
Kuliah di fakultas ini adalah hal yang baru bagi saya. Tidak hanya bertatap muka dengan dosen, tapi kami semua bertatap muka dengan ikan melalui praktikum. Bisa kenal dan tau nama-nama ikan lagi, kurang apa coba. Tidak sampai disitu, saya juga bangga bisa menempuh pendidikan disini karena saya bisa melihat keindahan Indonesia melalui kegiatan praktik lapang. Praktik Lapang antimainstream jalan-jalan, berenang, snorkeling yuhuuuuuu. Kapan lagi coba belajar sambil senang-senang?
Selain itu saya juga bangga sekolah disini karena dosen-dosen kami Alhamdulillah rata-rata sudah menempuh jenjang S3 dan bahkan ada yang lulusan S3 di Jepang. Memang Jepang merupakan kiblat untuk dunia perikanan saat ini, jadi wajarlah banyak orang-orang yang pergi ke Jepang untuk mempelajari tentang perikanan disana.
Jadi kenapa saya harus minder? Yang penting saya fokus pada tujuan saya dan membuktikan saya bisa.
Rezeki itu Allah yang ngatur, kalo emang rezeki gak akan kemana. Nasib kita juga gak akan berubah kalau kita sendiri gak pengen ngerubahnya.

“JALANI SETIAP KEHIDUPAN YANG KAMU JALANI DAN KAMU AKAN BERSYUKUR KARENANYA”. Sn
(Cr www.venkatmadhav.com)

*Prodi yang saat ini saya jalani lebih berkaitan dengan lingkungan perairan atau ekosistem tempat ikan hidup. Sehingga kami bisa dikatakan tidak berhubungan langsung dengan ikan seperti program studi Budidaya Perairan.